TAKTIKNEWS.COM – Taktik Perang Gerilya adalah strategi yang sudah tidak asing lagi bagi banyak orang, terutama dalam konteks perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Pada masa penjajahan, persenjataan dan kualitas tentara Indonesia masih belum cukup kuat untuk melawan musuh yang lebih superior. Oleh karena itu, taktik Perang Gerilya diterapkan dalam strategi peperangan Indonesia untuk melawan penjajah yang lebih kuat.
Ketika Agresi Militer II, Jenderal Sudirman menyatakan bahwa menyerang tentara Belanda dengan kekuatan tentara Indonesia saat itu adalah sulit tanpa taktik yang tepat. Jenderal Sudirman menggunakan taktik Perang Gerilya dengan tujuan agar komandan pasukan dapat menyerang musuh tanpa harus menunggu komando dari Panglima Besar.
Setelah diterapkan, taktik Perang Gerilya terbukti sangat efektif bagi tentara Indonesia. Taktik ini mampu membuat tentara Belanda menjadi kacau saat menghadapi tentara Indonesia.
Pada akhir tahun 1947, tentara Indonesia mulai melakukan perang Gerilya secara dinamis. Ketika tentara Belanda menyerang kubu-kubu dan desa-desa kecil di Indonesia, sering kali mereka mendapati daerah tersebut sudah kosong. Tiba-tiba, tentara Indonesia muncul dan menyerang. Sebelum Belanda sempat membalas, tentara Indonesia sudah menghilang ke dalam hutan dan kegelapan malam.
Karena Belanda menguasai kota-kota besar di Indonesia, Jenderal Sudirman harus meninggalkan Yogyakarta dan memimpin gerilya dari desa-desa kecil untuk menyerang tentara Belanda.
Setelah berpindah dari desa ke desa, Jenderal Sudirman kembali ke Yogyakarta pada 10 Juli 1949. Setelah kembali, Kolonel A.H. Nasution, Panglima Tentara dan Teritorium Jawa, mengeluarkan perintah siasat nomor satu. Siasat ini menyatakan bahwa pasukan dari daerah federal harus menyusup ke garis belakang musuh dan melakukan serangan Gerilya.
Taktik ini membuat seluruh pulau Jawa menjadi medan perang Gerilya, dan pasukan Siliwangi diwajibkan menggunakan taktik ini.
Istilah “Gerilya” berasal dari bahasa Spanyol “guerrilla” yang berarti “perang kecil”. Taktik Perang Gerilya sangat cocok untuk tentara Indonesia pada masa itu.
Taktik Perang Gerilya melibatkan mengelabui, menipu, dan menyerang secara tiba-tiba dengan kecepatan kilat, lalu menghilang sebelum musuh sempat membalas. Taktik ini sangat efektif melawan lawan yang jumlahnya lebih besar dan tidak menguasai medan.
Perang Gerilya adalah strategi mengepung yang tidak resmi dibanding perang konvensional. Ciri-cirinya termasuk menghindari perang terbuka, menghilang di hutan dan kegelapan malam, menyerang secara tiba-tiba, dan menyamar sebagai rakyat biasa.
Hingga kini, taktik Perang Gerilya masih digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia, terutama dalam pertempuran di hutan rimba. Taktik ini sering disebut sebagai “taktik perang si kecil melawan si besar,” sesuai dengan tujuannya untuk mengacaukan kekuatan besar dengan kekuatan yang lebih kecil.